Malam Tirakatan dan Refleksi Kebudayaan HUT RI ke 79 Oleh PCINU Mesir

MESIR, AngkatanMerdeka.com
Sebagai masyarakat yang cinta tanah air, PCINU Mesir memperingati hari kermedakaan Indonesia ke 79 pada hari Jum’at, 16 Agustus 2024 dengan tema “Malam Tirakatan dan Refleksi Kebudayaan”. Acara yang bertempat di Rumah Budaya Nadi Raba’ disambut hangat oleh ratusan warga Nahdiyin untuk melepas rasa rindu mereka kepada Indonesia yang telah lama ditinggal merantau. Semarak kemerdekaan ini diawali dengan khataman al-Qur’an bersama mahasiswa JQH NU Mesir sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan umur kemerdekaan yang panjang.
Panitia mengonsep acara kemerdekaan Indonesia di NU Mesir dengan gaya yang baru, sebagaimana acara yang ditampilkan panitia tidak hanya berisi rebanah, hadroh dan selawatan, mereka juga menampilkan pentas kebudayaan seperti wayang golek, orasi kebudayaan, puisi dan gambus. Selama lantunan istigasah, Para peserta dan tamu VIP menyimak dan membacanya dengan khusyuk agar doa-doa dan zikir yang mereka baca tersampaikan kepada para pahlawan terdahulu yang telah meninggalkan kita. Hal yang menarik juga bagi seluruh warga Nahdiyin dan tamu undangan ada saat tim hadrah PCINU Mesir membawakan selawat yang berjudul Busyrolana. Mereka semua turut senyum bergembira dalam artian suasana yang mereka rasakan saat itu seakan hadir di tengah-tengah selawatan akbar yang dipimpin oleh Habib Syekh. Keadaan seperti ini memang sangat dirindukan warga Nahdiyin sebab suasana tersebut menggambarkan bentuk kampung halaman tempat mereka lahir. Sepanjang selawat dikumandangkan, seluruh lembaga dan Banom yang hadir di acara turut bersemangat meneriakan suaranya.

Setelah pembacaan selawat, KH. Faiz Husaini selaku ketua Tanfiziyah PCI NU Mesir menyampaikan pesan perihal kemerdekaan. Ia mengingatkan kepada warga Nahdiyin di Mesir bahwa kemerdekaan Indonesia tidak semata dari tentara saja, akan tetapi dari para santri dan kiyai juga sebagai pejuang yang perlu diingat tanda jasanya atas kemerdekaan Indonesia. Mereka semua termasuk pahlawan bangsa yang berjuang mengusir para kolonial di masa penjajahan, kemerdekaan ini tidak akan tercapai jika para santri dan kiyai tidak ikut berjuang mempertahankan tanah air. Pun, kemerdekaan yang bisa bersih dari penjajahan hingga bisa bertahan sampai saat ini berkat persatuan yang utuh dari masyarakat Indonesia di semua golongan. Semangat kemerdekaan yang Pak Faiz sampaikan tak sebatas kata, ia juga mengajak seluruh warga Nahdiyin untuk tetap menjaga nilai bhinneka tunggal ika, keislaman dan asas dasar negara pancasila.
Seusai sambutan ketua Tanfiziah PCI NU Mesir, acara dilanjut dengan penampilan budaya yang membuat para serta hadir penasaran sejak munculnya pamflet acara kemerdekaan yang diterbitkan oleh LTN (Lajnah Ta’lif Wan Nasyr) NU Mesir. Penampilan budaya diawali dengan Puisi dari WS Rendra yang berisi tentang esensi kemerdekaan, bunyi puisi Rendra menyadarkan seluruh pembaca dan pendengarnya tentang bagaimana arti kemerdekaan sejati. Begitu pun Lalu Azmil Azizul Muttaqien saat membawakan orasi kebudayaan. Tak sampai di situ, Ali Gad sebagai aktor di dalam penampilan monolog ikut menyamai suasana saat Azza membawakan puisi. Ali membawakan cerita tentang si pemuda dengan seorang kakek yang merupakan mantan perjuangan, cerita yang dibawakan Ali ternilai apik dan unik.

Pada saat penampilan monolog telah selesai, tim dari LTN NU Mesir mengumumkan pemenang lomba esai yang diadakan oleh PCINU Mesir. Sekaligus mempromosikan website numesir.net sebagai wadah literasi dan menulis bagi warga Nahdiyin di Mesir yang ingin mengembangkan bakat literasinya di ruang lingkup PCINU Mesir. Tujuan diadakannya lomba esai dan pengumuman website NU Mesir, untuk tetap mempertahankan nila-nilai literasi yang dibawa oleh kiyai NU dan para guru besar di al-Azhar. Selesai pengumuman lomba, acara dilanjut dengan wayang golek yang didalangi oleh Fajar Hamdani, dengan membawa tiga aktor wayang dan salah satu diantaranya adalah Cepot. Penampilan yang diatur oleh dalang Fajar memiliki cerita yang lucu dan Islamis, ia sempat berkali-kali membuat para penonton tertawa dengan gerakan wayang, suara dan alur cerita yang menggelitik perut. Melihat para peserta telah berhasil dihibur oleh wayang golek, teman-teman Lesbumi NU Mesir menutup penampilan refleksi kebudayaan dengan iringan musik Gambus. Beberapa lantunan musik yang mereka bawa berasal dari penyanyi wanita Mesir yang memiliki suara merdu dan sering dikenal dengan Ummu al-Kultsum. Musik yang dibawakan oleh Lesbumi mengajak para penonton untuk bertepuk tangan dan berdansa. Sampai pada puncaknya, para penonton memaksa penampilan gambus ini terus dilanjutkan untuk memuaskan keinginan penonton. (Syam.A)
