Operasi Penggal Kepala’ dan Remote Control ‘Raja Jawa’

Oleh: Ridwan Umar

(Direktur Lentera Keadilan Indonesia)

JAKARTA, AngkatanMerdeka.com–

Hari ini, di sosial media beredar surat berkop Forum Purnawirawan Prajurit TNI ditujukan kepada Ketua MPR RI dan Ketua DPR RI perihal Usulan Pemaksulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Surat itu ditandatangani oleh dua Jendral TNI Purnawirawan, masing-masing, Tyasno Sudarto dan Fachrul Razi, serta Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto dan Marsekal TNI (Purn) Hanafie Asnan. Surat diketahui Jendral TNI (Purn) Try Sutrisno. Diketahui, di dalam Forum tersebut terdapat ratusan Pati dan puluhan Pamen dari tiga Matra TNI.

Tetiba seorang eks Politisi senior dari Partai Islam yang juga aktivis senior jebolan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) mengirimi saya dokumen surat yang sama berbentuk pdf melalui whatss app. Dalam dokumen itu juga berisi tanda terima surat tersebut tertanggal 2 Juni 2025.

Setelah membuka dokumen pdf itu, saya langsung menelepon kawan itu untuk mengkonfirmasi. Sambil tertawa, senior ini mengatakan “Itu udah ramai di medsos. Itu bagus buat bahan tulisan kau”. Saya pun mengiyakan.

Menyimak surat tersebut, mewakili tiga Matra TNI, yakni Darat, Laut dan Udara. Terpenting, diketahui senior TNI yang juga mantan Wapres, Try Sutrisno. Lantas, apa dibalik ini semua? What is happening behind the stage?

Coba kita alur mundur tentang ‘perlawanan’ para senior purnawirawan TNI ini terhadap rezim Jokowi yang kerap dinilai merugikan rakyat. Gerakan mereka sudah mulai terlihat beberapa tahun lalu. Seperti Jendral (Purn) Gatot Nurmantyo yang sempat menjabat Panglima TNI mendirikan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) bersama sejumlah tokoh dari kalangan sipil. Begitupun dengan senior militer lainnya, yakni mantan Danjen Kopassus, Mayjend (Purn) Soenarko dan eks Dankormar Letjen (Purn) Suharto serta lainnya yang kerap hadir dalam sejumlah aksi kelompok oposisi di era Rezim Jokowi.

Kini, gerakan para mantan militer ini makin keras pasca mantan Danjen Kopassus Jendral TNI (Purn) Prabowo Subianto resmi menjabat Presiden RI ke-8 menggantikan Jokowi. Bahkan melalui Forum Purnawirawan Prajurit TNI tegas meminta pelengseran Gibran dari tampuk Wapres.

Tampaknya, gerakan para purnawirawan TNI saat ini mendapatkan momen yang pas. Dibalut jiwa korsa (semangat kebersamaan dan solidaritas) tak ingin tekad Prabowo untuk bangkit dari keterpurukan negeri kandas oleh ‘parasit-parasit’, maka tensi permainan pun dinaikkan.

Sebagai sesama mantan militer, tentu para purnawirawan ini paham target dan langkah taktis sang Presiden. Mereka tahu betul apa yang harus dilakukan dan untuk efektivitas serta kecepatan, maka ‘Operasi Penggal Kepala’ dimulai melalui surat yang dikirim ke MPR dan DPR. Meminjam istilah Kapolri Jendral Listyo Sigit bahwa Ikan Busuk Mulai Dari Kepala, maka potong dulu kepalanya.

Desakan publik agar Prabowo segera menyingkirkan ‘parasit-parasit’ disekitarnya untuk wujudkan Asta Cita , tampaknya sulit, lantaran kontrol kuat masih ada di tangan ‘Raja Jawa’ melalui ‘Sang Pangeran’ di singgasana Istana.

Masih ingat, peristiwa mutasi sejumlah pejabat tinggi TNI termasuk Letjen Kunto Arief Wibowo (Putra Try Sutrisno)? Kunto dimutasi dari posisi strategis sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwil) I menjadi Stafsus KSAD. Posisinya digantikan oleh Laksda Hersan yang juga mantan ajudan Presiden Jokowi. Namun, mutasi Kunto dibatalkan dan dikembalikan ke posisi semula. Apa ada Subordinasi? Wah.. Ini gawat.

Publik bertanya, apa mungkin mutasi itu campur tangan langsung ‘Raja Jawa’ sementara posisinya sudah di luar Istana? Maka kemungkinan yang paling logis melalui ‘Sang Pangeran’. Artinya, remote control sepenuhnya memang ditangan ‘Raja Jawa’. Dan jika benar, maka semua gerakan Geng Solo yang ada di Istana melalui remote control ‘Raja Jawa’, makanya tak heran jika sejumlah elit Istana masih sowan dan sungkem ke Solo bahkan masih menganggap itu tuannya atau bosnya.

Apakah gerakan itu berbahaya bagi Asta Cita? Tentu dan bisa dipastikan Pak Jendral tahu potensi ancaman itu. Apalagi, jika melihat bagaimana ‘Raja Jawa’ dan keluarganya menghianati Putri Sang Proklamator, Megawati yang telah mengasuh dan membesarkannya. Masih ingat kalimat Prabowo saat debat di Pilpres 2024? “Come on… kita bukan anak kecil’. Ya benar, Prabowo bukan sekelas ‘Samsul’ si bocil asam sulfat. Jam terbang Prabowo tinggi di pentas politik dan tentu intuisi dan nalarnya tak diragukan.

Nah. tampaknya para purnawirawan TNI itu memahami harus melakukan apa untuk menjawab problem Sang Jendral. Karena itulah, dilakukan Operasi Penggal Kepala untuk memutus control dari “Raja Jawa’. Setelah ‘Sang Pangeran’ dilengserkan, barulah pembersihan ‘parasit-parasit’ berikut skandal-skandal besar termasuk Ijazah diduga palsu dan Judol bisa dengan mudah dituntaskan.

Tentu, Operasi Penggal Kepala ini tak mudah. Karena perlawanan dari Geng Solo akan muncul.

Namun, rakyat tentu akan memberi dukungan penuh pada Operasi Penggal Kepala demi kemaslahatan negeri ini.

Wallahu alam bissawab. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *